Penajam Paser Utara (selanjutnya saya singkat PPU). Sebuah kabupaten di Kalimantan Timur yang wajib dilewati jika kita hendak menuju Paser dan Kalimantan Selatan. Kabupaten ini terbentuk pada tahun 2002 sebagai kabupaten pemekaran dari Kabupaten Pasir (sekarang bernama Paser). Hingga tahun 2011, kabupaten ini terdiri atas 4 kecamatan dengan Penajam sebagai ibu kotanya.
Perkembangan PPU, dalam hal ini khususnya ibu kotanya, Penajam, sungguh pesat. Penajam kini menjadi pusat keramaian baru di wilayah selatan Kalimantan Timur. Bagi yang pernah melewati Penajam sekitar tahun 80-an, Penajam hanyalah sebuah kecamatan biasa dengan perkampungannya yang tenang. Kini, Penajam sudah menjadi kota selevel ibu kota kabupaten dengan fasilitas ala ibu kota kabupaten di sana-sini.
Pembangunan di Penajam meliputi infrastruktur dan sarana publik. Jalan Propinsi Penajam yang awalnya tidak mulus dan satu jalur, kini menjadi dua jalur yang ditandai dengan median jalannya dan saat ini masih dalam tahap pelebaran jalan hingga depan kantor bupati PPU. Kantor kecamatan dibenahi, kantor bupati dan dinas-dinas dibangun, bahkan stadion pun juga dibangun dan megahnya tak kalah dengan stadion di ibu kota provinsi Kalimantan Timur, Samarinda.
Jalan Negara (Trans Kalimantan) di PPU nyaris mulus, hanya sedikit lubang dan kerusakan ringan, tetapi tidak membuat perjalanan terhambat. Kalau saya tidak salah, panjang Jalan Negara di PPU sekitar 50 km dari kelurahan Penajam (pelabuhan feri) hingga desa Rintik. Saya juga pernah melewati jalan utama kedua di PPU, yakni jalan provinsi yang menghubungkan Petung dengan KM 38 Samboja. Jalan tersebut juga merupakan arah menuju kecamatan Sepaku. Di sana-sini, kegiatan produksi di kawasan tersebut adalah perkayuan dan pertambangan batu bara sehingga jalan tersebut rawan rusak dan memang jalan Sepaku tersebut banyak yang rusak, bahkan ada beberapa ruas jalan yang longsor. Jika kita hendak ke Balikpapan menggunakan kapal feri lalu ke KM 38 Samboja, menurut saya lebih dekat dan hemat waktu dibandingkan melewati jalan Sepaku karena rusaknya minta ampun, kecuali jika jalan Sepaku mulus seperti awal-awal pembangunannya.
PPU terdiri atas beragam etnis dan itu membuat PPU memiliki motto “Benuo Taka” yang diambil dari bahasa asli suku Dayak Paser yang artinya “Daerah Kita”. Maksudnya, walau PPU beragam etnis, tetapi daerah yang ditinggali menjadi tempat kita tinggal bersama. Etnis mayoritas di PPU antara lain Jawa (transmigran), Bugis, dan Banjar. Sisanya merupakan suku asli Dayak Paser, Sunda, Buton, dll.
Mengenai objek wisata di PPU, sangatlah beragam dan di antaranya tergolong unik. Antara lain Pantai Tanjung Jumlai, Pantai Saloloang, Taman Wisata Penangkaran Rusa di desa Api-Api Waru, objek wisata Sesulu, dan saat ini masih dalam tahap perkembangan.
Perkembangan PPU, dalam hal ini khususnya ibu kotanya, Penajam, sungguh pesat. Penajam kini menjadi pusat keramaian baru di wilayah selatan Kalimantan Timur. Bagi yang pernah melewati Penajam sekitar tahun 80-an, Penajam hanyalah sebuah kecamatan biasa dengan perkampungannya yang tenang. Kini, Penajam sudah menjadi kota selevel ibu kota kabupaten dengan fasilitas ala ibu kota kabupaten di sana-sini.
Pembangunan di Penajam meliputi infrastruktur dan sarana publik. Jalan Propinsi Penajam yang awalnya tidak mulus dan satu jalur, kini menjadi dua jalur yang ditandai dengan median jalannya dan saat ini masih dalam tahap pelebaran jalan hingga depan kantor bupati PPU. Kantor kecamatan dibenahi, kantor bupati dan dinas-dinas dibangun, bahkan stadion pun juga dibangun dan megahnya tak kalah dengan stadion di ibu kota provinsi Kalimantan Timur, Samarinda.
Jalan Negara (Trans Kalimantan) di PPU nyaris mulus, hanya sedikit lubang dan kerusakan ringan, tetapi tidak membuat perjalanan terhambat. Kalau saya tidak salah, panjang Jalan Negara di PPU sekitar 50 km dari kelurahan Penajam (pelabuhan feri) hingga desa Rintik. Saya juga pernah melewati jalan utama kedua di PPU, yakni jalan provinsi yang menghubungkan Petung dengan KM 38 Samboja. Jalan tersebut juga merupakan arah menuju kecamatan Sepaku. Di sana-sini, kegiatan produksi di kawasan tersebut adalah perkayuan dan pertambangan batu bara sehingga jalan tersebut rawan rusak dan memang jalan Sepaku tersebut banyak yang rusak, bahkan ada beberapa ruas jalan yang longsor. Jika kita hendak ke Balikpapan menggunakan kapal feri lalu ke KM 38 Samboja, menurut saya lebih dekat dan hemat waktu dibandingkan melewati jalan Sepaku karena rusaknya minta ampun, kecuali jika jalan Sepaku mulus seperti awal-awal pembangunannya.
PPU terdiri atas beragam etnis dan itu membuat PPU memiliki motto “Benuo Taka” yang diambil dari bahasa asli suku Dayak Paser yang artinya “Daerah Kita”. Maksudnya, walau PPU beragam etnis, tetapi daerah yang ditinggali menjadi tempat kita tinggal bersama. Etnis mayoritas di PPU antara lain Jawa (transmigran), Bugis, dan Banjar. Sisanya merupakan suku asli Dayak Paser, Sunda, Buton, dll.
Mengenai objek wisata di PPU, sangatlah beragam dan di antaranya tergolong unik. Antara lain Pantai Tanjung Jumlai, Pantai Saloloang, Taman Wisata Penangkaran Rusa di desa Api-Api Waru, objek wisata Sesulu, dan saat ini masih dalam tahap perkembangan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar